Stres Apa Itu dan Efek Fisiologis pada Tubuh?

Pelajari apa itu stres, respons fisiologis tubuh terhadapnya, termasuk pelepasan hormon kortisol dan adrenalin. Ketahui efek jangka pendek hingga panjang serta cara mengelolanya untuk kesehatan optimal. Informasi lengkap dan akurat.

2 min read
Budi Santoso
3,656 views
Share:
What Is Stress and Its Physiological Effects?

Stres adalah respons alami tubuh terhadap tekanan atau ancaman, baik fisik maupun emosional. Respons ini melibatkan aktivasi sistem saraf simpatik yang mempersiapkan tubuh untuk 'fight or flight'. Efek fisiologisnya mencakup perubahan hormon, detak jantung, dan fungsi organ lainnya, yang jika berlangsung lama dapat berdampak negatif pada kesehatan.

Pengertian Stres

Stres didefinisikan sebagai reaksi biologis dan psikologis terhadap tuntutan lingkungan yang melebihi kemampuan adaptasi individu. Menurut American Psychological Association, stres muncul ketika seseorang merasa terancam atau kewalahan. Secara fisiologis, stres dipicu oleh hipotalamus yang mengaktifkan sumbu HPA (Hipotalamus-Pituitari-Adrenal), melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.

Respons Fisiologis Akut Stres

Pada tahap akut, tubuh mengalami 'fight or flight' response. Adrenalin meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan aliran darah ke otot untuk persiapan bertarung atau melarikan diri. Pernapasan menjadi lebih cepat untuk suplai oksigen lebih banyak, sementara pencernaan dihambat agar energi fokus pada kelangsungan hidup.

  • Peningkatan gula darah: Kortisol memecah glikogen menjadi glukosa untuk energi cepat.

  • Pengenceran darah: Pembuluh darah melebar di otot, menyempit di kulit untuk mengurangi pendarahan.

  • Penekanan sistem imun: Sementara, sel darah putih berkurang untuk hemat energi.

Efek Jangka Panjang Stres Kronis

Stres kronis menyebabkan hiperkortisolisme, di mana kadar kortisol tetap tinggi terus-menerus. Hal ini merusak hippocampus, memengaruhi memori dan pembelajaran. Sistem kardiovaskular terganggu, meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit jantung. Usus juga terpengaruh, menyebabkan sindrom iritasi usus karena gangguan mikrobiota.

  • Gangguan tidur: Kortisol menghambat melatonin, menyebabkan insomnia.

  • Penurunan imunitas: Rawan infeksi karena produksi antibodi menurun.

  • Penuaan dini: Telomer dipendekkan, mempercepat kerusakan sel.

Contoh Efek Stres dalam Kehidupan Sehari-hari

Bayangkan mahasiswa menghadapi ujian akhir: detak jantungnya melonjak, tangan berkeringat, dan fokus meningkat sementara (stres akut positif). Namun, pekerja kantor dengan deadline tak berujung mengalami stres kronis, menyebabkan sakit kepala kronis, obesitas karena makan emosional, dan depresi.

  • Atlet olahraga: Stres kompetisi meningkatkan performa melalui adrenalin.

  • Ibu rumah tangga: Stres multitasking menyebabkan kelelahan adrenal.

  • Pengusaha startup: Tekanan finansial memicu gangguan pencernaan.

Kesimpulan dan Tips Mengelola

Stres esensial untuk bertahan hidup, tapi kronisnya merusak fisiologi tubuh secara luas. Dengan mengenali tanda-tanda seperti kelelahan berkepanjangan atau gangguan pencernaan, kita bisa mengelolanya melalui olahraga, meditasi, atau tidur cukup. Menjaga keseimbangan stres mendukung kesehatan jangka panjang.

Tags

#stres#efek fisiologis stres#hormon kortisol#respons fight or flight#stres akut#stres kronis#pengaruh stres pada tubuh#manajemen stres